PENEMUAN TEKNIK BARU UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH BATIK


Pengakuan Unesco tentang batik membuat pengusaha batik lebih bersemangat karena hasil karya yang sudah diwariskan oleh para leluhur mendapat pengakuan dari dunia. Pengakuan ini diberikan UNESCO dengan melihat berbagai upaya yang dilakukan oleh Indonesia, terutama karena penilaian terhadap keragaman motif batik yang penuh makna filosofi mendalam.
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan.
Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya.
Jika industri tersebut membuang limbah cair, maka aliran limbah tersebut akan melalui
perairan di sekitar pemukiman. Limbah tersebut dapat menaikkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand). Jika hal ini melampaui ambang batas yang diperbolehkan, maka gejala yang paling mudah diketahui adalah matinya organisme perairan. Oleh karena itu perlu, dilakukan pengolahan limbah industri tekstil yang lebih lanjut agar limbah ini aman bagi lingkungan.
Salah satu contoh zat warna yang banyak dipakai industri tekstil adalah remazol black,
red dan golden yellow. Dalam pewarnaan, senyawa ini hanya digunakan sekitar 5% sedangkan sisanya yaitu 95% akan dibuang sebagai limbah. Senyawa ini cukup stabil sehingga sangat sulit untuk terdegradasi di alam dan berbahaya bagi lingkungan apalagi dalam konsentrasi yang sangat besar karena dapat menaikkan COD (Chemical Oxygen Demand).
Saat ini berbagai teknik atau metode penanggulangan limbah tekstil telah dikembangkan, di antaranya adalah pengolahan limbah yang dipilih adalah dengan proses kimia dan fisika, hal ini karena tujuan utama dari pengolahan limbah batik adalah penghilangan warna dari limbah  batik.. Untuk mendapatkan pengolahan limbah dengan cara paling tepat, dilakukan rangkaian percobaan pengolahan limbah yaitu koagulasi dan proses adsorpsi. Koagulan yang digunakan adalah FeSO4 dan Ca(OH)2.
Baru-baru ini telah ditemukan metode baru untuk mengolah limbah batik dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt merupakan logam inert yang sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan terhadap kondisi larutan. Metode ini merupakan metode yang efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan dan sangat sesuai untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik. Hasil akhirnya adalah air dan gas karbon dioksida.
Penemuan teknik elektrolisis untuk mengolah limbah batik selama ini belum pernah dilakukan oleh peneliti atau penemu lain. Teknik pengolahan limbah batik dengan elektrolisis merupakan teknik yang lebih mudah, murah dan efisien dan mudah untuk dioperasikan, tidak memerlukan keahlian tinggi dan sederhana. Teknik ini tidak menghasilkan limbah baru sehingga aman untuk lingkungan. Teknik ini juga tidak memerlukan dana yang tinggi karena hanya memerlukan arus listrik yang rendah dan garam dapur yang murah
Share on Google Plus

About ITBKES MuTu Blog

Penulis adalah seorang yang hobi dengan dunia Teknologi. Seorang yang suka mengoprek "PC/software" dan reparasi elektronik.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar:

Anonim mengatakan...

bagusss....

Anonim mengatakan...

Ingin tahu caranya...

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com